Pelajaran untung rugi dari sang Ayah

Awalnya tulisan saya ini mau diberi judul pelajaran wiraswasta dari sang ayah atau pelajaran entrepreneurship dari sang Ayah, tapi setelah dipikir-pikir, aah, pelajaran untung rugi lebih mengena pada kisah yang ingin saya ceritakan, pelajaran yang sederhana dan mendasar saat kita memulai suatu usaha.
Keluarga kami memiliki sebuah toko sembako, menjual kebutuhan2 pokok dan kebutuhan hari2, yaaah kalau jaman sekarang sih istilah kerennya, minimarket. Setiap pagi, saya dan kakak2 saya sudah biasa dibangunkan sebelum matahari terbit, membersihkan toko dan halaman. setiap debu yang melekat di etalase kaca selalu diminta Almarhum papa untuk dibersihkan, begitu juga dengan debu diatas toples2 permen dan makanan ringan. katanya "keberhasilan dari usaha yang mengandalkan jasa seperti ini adalah pelayanan, jadi kebersihan,kualitas barang dan senyum saat melayani pembeli itu harus diperhatikan", saya baru tau kalau yang diajarkan saat itu ternyata ilmu tentang "kemasan" dalam manajemen pemasaran modern seperti sekarang.
kami, kakak beradik biasanya bergantian menjaga Toko itu. Suatu saat, saat liburan sekolah, giliran aku yang jaga, kubawa semua serial Kho Phing Ho sewaan menemaniku. Sambil membaca dan sesekali melayani pembeli yang datang, saya tergiur dengan satu toples dagangan yang baru saja diletakan almarhum Papa di etalase depan toko. Snack berbentuk stick coklat yang bernama Astor. mmhhh...karna coklat adalah kesukaanku, tanpa sepengetahuan Almarhum papa, saya menaruhnya dekat meja kasir, dan sambil membaca serial kho ping kho saya mulai menikmati barang baru nan lezaat itu. Tak terasa sudah hampir separuh toples Astor itu aku lumat habis. Kaget bercampur takut, aku lalu meletakan kembali toples yang isinya tinggal separuh itu kembali pada tempatnya. Tak lama kemudian, almarhum papa masuk lagi ke Toko dan kaget melihat isi Astor yang tinggal separuh itu. dia lalu bertanya "siapa yang beli Astor, ko tinggal separuh?", dengan takut saya lalu jawab, "itu tadi aku yang makan paa..". Sambil menggeleng pelan dia mengambil toples itu dan meletakan didekatku, lalu mengambil satu stick astor dan bertanya "kmu tau berapa harga astor ini?" saya jawab, "Lima puluh rupiah paa" di toples itu memang sudah dibuat tulisan sama Papa, harga astor itu per stick Rp.50,-. Lanjutnya, "Trus kmu tau gak, berapa keuntungan kita dari satu Astor yang terjual?", masih agak bingung dengan arah pertanyaan papa, aku jawab "Gak tau Paa..". Orangtua yang sampai sekarang aku anggap mentor terbaikku ini lalu menjelaskan, "Satu stick Astor ini kita jual dengan harga 50 rupiah, keuntungan tiap stick itu 10 rupiah, modalnya 40 rupiah. jadi tiap kali kamu makan satu stick Astor, kita rugi 40 rupiah, itu berarti tiap kmu makan satu stick Astor, kmu harus mampu menjual 4 buah stick Astor untuk menutupi modalnya. Sekarang, berapa stick Astor yang sudah kmu makan??" Pertanyaan almarhum Papa itu memang bukan pertanyaan penyidik polisi yang perlu dijawab segera, karena setelah dia memberi pertanyaan itu, dia lalu meletakan kembali Astor yang diambil sebagai contoh tadi ke dalam toples, menutup dan meletakan kembali pada tempatnya dan berlalu dengan senyum. Dia tidak marah, karna pelajaran yang berhasil dia tanam pada pikiran saya saat itu jauh lebih berharga dari separuh toples Astor. Sejak itu, saat menunggui Toko, saya selalu pikir dua kali lipat jika ingin makan atau minum dari barang2 yang dijual di toko.

Sahabat FB, jika anda saat ini berencana untuk memulai suatu usaha bisnis, pelajaran untung rugi dari Almarhum ayah saya mungkin bisa jadi salah satu referensi pengalaman, selamat berusaha...

Popular posts from this blog

Menjadi pemimpin organisasi komunitas (Teknik memimpin rapat) #2

Happy St. Totteringham's Day 2016

Pembangunan E-Gov dalam perspektif PEGI