Dinas KOMINFO dan Harapan LASSWELL



Awalnya tulisan ini mau saya beri judul ‘Dinas Kominfo dan PR besar komunikasi’, namun saya berubah pikiran, dan mengambil judul diatas, walau secara pribadi saya tidak mengidolakan Harold Lasswell, tapi Teorinya tentang komunikasi jadi berkah luar biasa bagi dunia komunikasi hingga saat ini, yang sayangnya, belum mampu secara optimal dimanfaatkan dalam berbagai bidang pekerjaan sebagai sebuah sistem yang harus dirawat, saya mengemas pernyataan terakhir barusan dalam judul, dengan kata “Harapan”.

Dinas Komunikasi dan Informatika akan menjadi dinas baru dalam lingkungan pemerintahan provinsi kalimantan tengah, tahun 2017 menjadi awal, komunikasi (akhirnya) mendapat perhatian dalam urusan pemerintahan daerah, khususnya di Kalimantan Tengah, sehingga perlu ada dalam sebuah OPD ( Organisasi Perangkat Daerah ) tersendiri. Tulisan ini hanya sebuah sharing tentang ruang lingkup komunikasi dan sudut pandang penulis tentang bagaimana harusnya komunikasi bekerja dalam sebuah sistem pemerintahan daerah, atau minimal memiliki sudut pandang yang lebih mendalam tentang bagaimana “roh komunikasi” menjiwai perencanaan berbagai program dan kegiatan yang akan dilaksanakan.
Komunikasi sering dianggap sebagai sebuah hal yang remeh, tapi sudah banyak bukti, perang, pertikaian dan perselisihan terjadi justru karena kesalahan dalam berkomunikasi, lalu datang orang ketiga mendamaikan seraya mengucapkan “maaf bro, ini hanya miskomunikasi”. Remeh temeh ini terjadi karena orang awam terlampau sederhana memandang komunikasi, jawaban sederhana yang sering muncul ketika ditanya ‘Apa itu komunikasi’, maka yang kita dengar adalah “proses penyampaian pesan” atau ada juga yang lebih singkat dengan menjawab “pesan”. Mahasiswa dan alumni komunikasi akan sangat tersinggung kalau anda menjawab seperti itu. Bagaimana mungkin hanya untuk mengetahui proses penyampaian pesan saja mereka harus habiskan waktu empat tahun di bangku kuliah strata satu? Saya bahkan menghabiskan waktu tujuh tahun untuk itu :(. Mahasiswa komunikasi punya jawaban keren kalau ditanya apa itu komunikasi, mereka akan menjawab komunikasi itu : Who, Says What, In Which Channel, To Whom, With What Effect. Ribet kan? Ya iyalah tujuh tahun itu gak singkat :). Ini jawaban pertanyaan paradigmatik (paradicmatic question) menurut Laswell (1948), sebenarnya jawaban ini kurang lebih sama dengan orang awam diatas, namun jawaban ala-ala anak komunikasi ini lebih dalam. Laswell menerangkan bahwa cara terbaik untuk menerangkan proses komunikasi adalah menjawab pertanyaan : Siapa, Mengatakan Apa, Lewat Saluran Apa, Pada Siapa, dan Apa Efeknya. Secara sederhana dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah penyampaian pesan dari komunikator (sumber) kepada komunikan (penerima) melalui saluran tertentu (media) baik secara langsung maupun tidak langsung, dengan maksud memberi dampak (effect) tertentu yang diinginkan oleh komunikator. Lima unsur itu biasanya kita sebut dengan lima unsur komunikasi. Lima unsur yang harusnya dievaluasi dan kuatkan dalam sebuah sistem, jika ingin proses komunikasi nantinya tidak menjadi ‘miskomunikasi’. Mari kita bahas itu satu persatu sambil melihat ternyata masih banyak pekerjaan rumah yang harus kita kerjakan. Bahasannya tiap bagian akan ada tiga inti, pengertian, permasalahan dan solusi, semuanya dalam sudut pandang saya as personal, jadi gak usah baper ya, ini pendapat individu bukan institusi, apalagi intisari, intimidasi dan inti-inti lainnya.
Who Who adalah sumber pesan yaitu komunikator itu sendiri atau pihak yang memulai sebuah proses komunikasi, bisa individu, bisa organisasi/lembaga, bisa juga negara. Karena tulisan ini tentang dinas, maka komunikator disini adalah lembaga. Komunikator yang baik adalah komunikator yang menguasai isi pesan yang akan disampaikan dan memiliki teknik penyampaian yang mumpuni. Dinas Kominfo adalah komunikator pemerintah daerah, harus bisa menyampaikan pesan-pesan pembangunan pada masyarakat dengan baik dan terus meningkatkan teknik berkomunikasi maupun kualitas komunikator. Permasalahannya adalah, selama ini paradigma kita adalah mengumpulkan semua informasi pembangunan daerah pada dinas, lalu berusaha mendistribusikan itu pada masyarakat melalui media-media yang dimiliki oleh dinas. Ini tidak salah, tapi juga strategi yang tidak efektif jika proses komunikasi itu menjadi komunikasi timbal balik. Bagaimana mungkin staf diskominfo menyampaikan pesan pertanian tapi tidak menguasai kontennya? Mungkin sudah saatnya pada bagian ini, dinas tidak hanya berpikir pada penguatan komunikator dalam internal dinas, tapi juga memfasilitasi penguatan atau justru menciptakan komunikator-komunikator di berbagai aspek pembangunan daerah. Komunikator itu bukan hanya bicara lho, tapi juga menulis dan bersikap. Pelatihan dan penguatan komunikator bisa jadi alternatif solusi kegiatan menjawab masalah ini, bukan hanya internal, tapi mendorong dinas-dinas lain memiliki keterampilan yang sama.
Says What Says what, mewakili pesan atau isi informasi yang disampaikan, pesan harus memenuhi banyak unsur, kredibel, akurasi dan realtime. Percuma kita memiliki komunikator yang hebat tapi tidak memiliki informasi yang akurat untuk disampaikan. Permasalahan selama ini adalah pesan pembangunan belum ada dalam sebuah sistem yang mudah diakses oleh komunikator, wacana satu data untuk Kalteng itu sejak saya diangkat jadi pns sepuluh tahun lalu sampai saat ini belum terwujud. Kesimpangsiuran data pembangunan masih jadi persoalan banyak institusi pemerintahan, ini bisa jadi starting point untuk memulai membangun adanya sebuah sistem penyimpanan, pengolahan dan pembaruan pesan pembangunan daerah. Sistem itu bukan hanya ada tapi harus berjalan. Newsroom, bisa jadi alternatif untuk menjawab persoalan ini, adanya sebuah tim yang bertugas mengumpulkan data mentah dan memonitoring perkembangannnya, juga betugas mengolah menjadi data publish yang bukan saja mudah dimengerti tapi juga mudah diakses.
In Which Channel Lewat saluran apa, atau media apa, ini merujuk pada medium komunikasi yang digunakan dalam penyampaian pesan. Media dalam hal ini bukan saja media cetak, media elektronik, dan media baru tapi as personal, sebagai perorangan juga adalah medium yang bisa digunakan. Permasalahannya saat ini, seberapa banyak medium yang dimiliki dinas untuk penyampaian pesan? Kita abaikan dulu personal as a medium. Atau pertanyaannya bisa diganti dengan, seberapa banyak media yang bisa dimanfaatkan atau dipengaruhi dinas untuk menyampaikan pesan? Maka jawabnya, sampai saat ini masih sangat minim. Solusinya hanya dua, ciptakan media sendiri dan atau, pengaruhi media yang ada. Jika membahas personal as a medium, kita akan tiba pada pertanyaan seberapa banyak opinion leader dimanfaatkan oleh dinas atau pemprov dalam penyampaian pesan pembangunan? Atau seberapa sering komunikator memanfaatkan medium personalnya sebagai sumber informasi? Radio Pemprov, Televisi Pemprov, Sosmed, Morning Tea, Advertorial, bisa jadi alternatif solusi minimnya pemanfaatan medium dalam penyampaian pesan pembangunan, kita belum diskusi tentang klasifikasi medium dan frekwensi lho, baru tahapan pemanfaatan saja kita sudah punya banyak pekerjaan rumah.
To Whom To whom, adalah penerima pesan, bisa individu, lembaga atau negara. Point penting dari bagian ini adalah penguasaan karakteristik penerima. Sebaik-baiknya sebuah pesan, pesan paling baik adalah pesan yang dimengerti, bukan sekedar diterima. Supaya pesan dimengerti, maka pemberi pesan harus memahami karakteristik penerima pesan. Jika penerima pesan adalah rakyat kalimantan tengah, maka permasalahannya saat ini adalah, sudahkan dinas memiliki peta karakteristik demografi penerima pesan? Atau pernahkah memiliki sebuah pesan dengan karakteristik berbeda dalam setiap medium yang digunakan? Bahasa misalnya, saya bahkan belum pernah melihat ada pesan pembangunan yang disampaikan dalam bahasa dayak, bahasa banjar, atau bahasa jawa sebagai suku-suku dalam jumlah banyak yang ada di Kalimantan Tengah. Solusi ini memang tidak sederhana, tapi bukan tidak mungkin. Keinginan membuat sebuah pesan sesuai dengan karakteristik penerima pesan saja sudah awal yang baik, apalagi membuat riset dan maps tentang itu.
With What Effect Dampak atau efek yang terjadi pada penerima pesan adalah pengertian bagian ini. efek yang dimaksud bukan saja pada tingkat pengetahuan (kognitif), tapi juga perubahan emosi (afektif) dan perubahan tingkah laku (psikomotor) atau behavior. Pada gilirannya efek ini akan berimbas pada dukungan masyarakat terhadap apa yang sedang dilakukan oleh pemerintah daerah, lebih jauh adalah pembentukan citra yang baik. Dampak juga menjadi indikator evaluasi seberapa efektif strategi komunikasi yang digunakan. Bagian ini bisa jadi bagian akhir dari sebuah proses komunikasi, sekaligus menjadi bagian awal dari suatu perencanaan komunikasi. Sederhananya begini, dampak apa yang kita harapkan dari proses komunikasi yang kita lakukan, tentukan itu dulu, lalu implementasikan semua tahapan menuju kesana, endingnya kita lihat apakah dampak itu terjadi atau tidak, jika tidak, berarti ada yang salah dalam prosesnya, entah perencanaan, strategi atau implementasinya. Solusi pada bagian ini dalam hubungannya dengan fungsi dinas kominfo adalah, keinginan untuk terus mengevaluasi dampak pada setiap strategi komunikasi yang dilakukan, dan menjadikan aspek ini bagian penting dalam setiap perencanaan komunikasi, atau masukan saja dalam program dan kegiatannya :).
Laswell dalam ruang kuliah komunikasi dikenal sebagai bapak komunikasi dunia, jawabannya atas paradigmatic question yang kemudian menjadi lima unsur komunikasi diatas jadi bagian penting dalam studi-studi ilmu komunikasi modern. Semasa kuliah dulu, kita sering galau memilih antara Lasswell atau Wilbur Schramm, penemu model komunikasi sederhana, jadi bapak komunikasi, saya sering salah menjawab saat ujian, tapi sudahlah, tak usah diperdebatkan, nanti ujung2nya nanya trus ibunya siapa, anaknya siapa, bidannya siapa :). Sengaja saya tambahkan fotonya dalam tulisan ini, supaya kita makin kenal dan mungkin mulai sedkit belajar pemikiran-pemikirannya. Tulisan ini sementara saya skip tentang informatika, walau nama dinasnya nanti ada informatika, karena bagi saya informatika adalah medium, itu sudah ada dlm unsur in what channel, juga tidak dibahas tentang statistika dan persandian, dua nama yang akan ikut dalam nama dinas baru tersebut, karna bagi saya itu sudah ada dalam unsur Says What, orang informatika dan statistika boleh koq mendebatkan ini.
Semoga tulisan ringan ini, bisa membuka setidaknya sedikit pandangan tentang dunia komunikasi yang akan menjadi dinas baru dalam lingkungan pemerintahan provinsi kalimantan tengah, syukur-syukur dapat menjadi inspirasi teman-teman dan para senior untuk mulia menata kembali komunikasi sebagai sebuah sistem yang terus dirawat. Bukan sekedar menjadi “pekerja” menyampaikan pesan pada masyarakat (stakeholders) tapi melihat komunikasi lebih dalam sebagai lima unsur : Komunikator, Pesan, Komunikan, Channel dan Efek yang harus terus menerus di-maintenance dalam program dan kegiatannya. Komunikasi memang sederhana, walau ternyata implementasinya tidak sesederhana yang dibayangkan, tapi saya termasuk dalam bagian yang optimis, kita masih punya kesempatan untuk memperbaiki pandangan kita tentang komunikasi, dan memulai perencanaan dengan baik. Orang yang optimis adalah orang yang akan selalu terlihat muda, saya percaya pada pandangan itu, jadi anggaplah tulisan ini juga bukan sekedar berbagi, tapi juga sebuah ketakutan terlihat lebih tua. Walau ini lebih khusus sebagai ucapan selamat pada terbentuknya Dinas Kominfo dalam lingkungan pemerintahan provinsi kalteng, tapi formula ‘Harapan Laswell’ diatas itu universal koq, bisa jadi bahan evaluasi proses komunikasi di setiap lembaga/organisasi. Nah, seberapa jauh “harapan” Laswell ini diperhatikan dalam ritme komunikasi di tempat anda? Salam Damai !
Febrianto Budiman

Popular posts from this blog

Menjadi pemimpin organisasi komunitas (Teknik memimpin rapat) #2

Happy St. Totteringham's Day 2016

Pembangunan E-Gov dalam perspektif PEGI