Masihkah Media Mainstream Jadi Rujukan Informasi

Saya foto sebuah headline berita koran dan mengirimkannya di grup whatsapp jam 7 pagi, sontak seorang sahabat yg mmg wartawan koran langsung merespon "tumben, hari gini ada yg msh baca koran". Haha sambil nyeruput teh saya balas "tenang bro, org spt sy tetap percaya media cetak mainstream, dan akan mkin banyak kalau para jurnalisnya tetap menjaga idealisme dan terus memperbaiki teknik dan model menulisnya." sulit memang media cetak bertahan di dunia digital seperti sekarang, ada banyak informasi yg bisa kita dapatkan hanya bermodal hp pintar yg sering lebih pintar dari penggunanya, dan paket data sekali pake buang. Saya masih ingat komentar seorang jurnalis perang yang ditulis dalam sebuah liputan tentang perang Yugoslavia di koran kompas, saya masih SD waktu itu, tidak ingat nama jurnalisnya tapi komentarnya, media cetak lebih banyak memaparkan fakta dari media elektronik, televisi sering menyembunyikan fakta. masa itu memang hanya TVRI media TV yg kita punya. Lalu Apa? Ya sudah saatnya jurnalis cetak tidak mudah menyerah, tidak hanya menjual sensasi tapi konten yg mencerdaskan dan mengembalikan karyanya sebagai salah satu kiblat informasi.

Lalu caranya ? ya kembangkan potensi diri, ciptakan keragaman dalam pemaparan informasi, dan perdalam kontennya, aspek ini msh jarang dilirik media elektronik, okelah ada beberapa program TV yg dibuat secara in debth tp jam berapa tayangnya? masih kalah dengan acara joget alay dan reality show drama yang pesertanya dicasting dulu.

Lalu Siapa? kita para jurnalis cetak? Oo tidak, kalian mmg harus memperbaiki diri, tapi kami para pembaca juga mulai belajar untuk tidak percaya begitu sj informasi yg ada, tapi tolong berikan pada kmi unsur kedalaman dan keragaman informasi dalam tulisan kalian, tolong kembalikan rasa percaya kami, setidaknyà saya, pada hasil karya kalian.

Salam Febrianto Budiman

Popular posts from this blog

Menjadi pemimpin organisasi komunitas (Teknik memimpin rapat) #2

Happy St. Totteringham's Day 2016

Pembangunan E-Gov dalam perspektif PEGI